RafaleaMedia.Com - Di balik popularitas anime dan manga Jepang yang mendunia, ada sebuah fenomena menarik yang jarang disorot adaptasi live action tidak resmi yang diproduksi oleh negara-negara lain.
Tanpa lisensi, tanpa izin dari pencipta aslinya, film-film ini nekat membawa karakter-karakter ikonik ke layar lebar dengan hasil yang bervariasi antara lucu, aneh, hingga benar-benar absurd.
Namun anehnya, sebagian dari karya ilegal ini justru berhasil mencuri hati penonton lokal, bahkan dianggap lebih menghibur dibanding adaptasi resmi yang gagal total.
Dibuat dengan bujet seadanya dan lebih mengandalkan keberanian dibanding kualitas produksi, film-film ini kerap menjadi bahan diskusi para penggemar berat anime.
Mereka bisa menjadi bentuk penghormatan yang unik, atau sebaliknya penghancur warisan budaya pop Jepang.
Berikut ini adalah tujuh contoh adaptasi live action anime dan manga paling nyeleneh, yang dibuat tanpa restu penciptanya, namun berhasil menjadi legenda tersendiri.
1. Dragon Ball the Magic Begins (Taiwan)
Film ini mungkin adalah salah satu adaptasi tidak resmi yang paling dikenal luas. Diproduksi di Taiwan namun mengambil lokasi syuting di Thailand, film ini menyajikan versi alternatif dari kisah "Dragon Ball". Nama-nama karakter sengaja diubah: Son Goku menjadi "Monkey Boy" dan Bulma menjadi "Hito", namun inti ceritanya tetap mengikuti petualangan mencari tujuh bola naga.
Walau diproduksi tanpa izin resmi dari Akira Toriyama, film ini justru mendapat apresiasi karena dianggap lebih menghibur dibandingkan adaptasi resmi Hollywood “Dragon Ball Evolution” (2009). Dengan sentuhan budaya lokal dan humor khas Asia Tenggara, film ini menjadi cult classic bagi para penggemar lama.
2. Dragon Ball Son Goku Fight Son Goku Win (Korea Selatan)
Dirilis setahun lebih awal dari versi Taiwan, film ini tercatat sebagai adaptasi live action Dragon Ball pertama di dunia. Dibuat di Korea Selatan, film ini mengandalkan penampilan visual karakter yang sangat mirip dengan versi manga. Gaya rambut, kostum, dan alur cerita dibuat sedekat mungkin dengan karya asli.
Sayangnya, keterbatasan bujet dan kualitas akting membuat film ini kurang berhasil menarik perhatian global. Ia hanya dikenal di kalangan kolektor dan penggemar sejati, dan menjadi artefak menarik dari era sebelum K-Wave mendunia.
3. Gundam Man Fight (Korea Selatan)
Film ini adalah salah satu adaptasi paling tidak masuk akal dari daftar ini. Mengambil inspirasi dari robot ikonik Gundam, film ini sebenarnya merupakan campuran dari berbagai elemen pop culture. Ceritanya mengikuti seorang anak detektif yang bisa berubah menjadi robot merah, menyerupai Gundam.
Namun, isi cerita dan karakter sama sekali tidak mengikuti lore Gundam. Kostum robot terlihat seperti hasil kerja DIY, dan alih-alih menjadi film aksi serius, ia cenderung terasa seperti parodi tidak resmi yang dibuat demi hiburan anak-anak.
4. Fist of the North Star (Korea Selatan)
Masih dari Korea Selatan, adaptasi tidak resmi dari “Hokuto no Ken” atau “Fist of the North Star” ini cukup mengejutkan karena menggunakan judul dan alur yang cukup mirip dengan aslinya. Meski demikian, elemen kekerasan dan kekejaman khas manga aslinya dihilangkan demi menyesuaikan dengan penonton lokal.
Menariknya, ilustrator asli manga ini, Tetsuo Hara, dikabarkan mengetahui keberadaan film tersebut. Meskipun gaya sinematik dan teknisnya sederhana, film ini setidaknya mencoba menghormati sumber aslinya dibandingkan hanya menjadi lelucon layar lebar.
5. Super Mario Versus Son Goku (Filipina)
Judulnya memang bombastis, namun isi film ini jauh dari harapan. Bukan adaptasi resmi, bukan pula crossover yang epik film ini adalah parodi dengan alur membingungkan. Super Mario digambarkan sebagai pemuda kutu buku yang tersesat dalam dunia virtual, dan sama sekali tidak berhadapan dengan Son Goku seperti yang dijanjikan judulnya.
Dengan minimnya logika cerita dan kualitas produksi yang rendah, film ini lebih cocok disebut sebagai eksperimen liar industri film Filipina ketimbang adaptasi anime. Meski begitu, ia tetap memiliki tempat tersendiri di hati penggemar film absurd.
6. Ninja Kids (Hong Kong)
Dibintangi oleh aktor legendaris Boboho (Stephen Chow), film ini merupakan parodi dari serial anime “Nintama Rantaro”. Meski tidak resmi, beberapa karakter dan nuansa ceritanya mengingatkan pada anime ninja lucu tersebut.
Film ini menyuguhkan perpaduan antara komedi slapstick, kungfu, dan kekonyolan khas Hong Kong. Sering diputar di televisi Indonesia pada era 90-an, film ini punya tempat istimewa di hati banyak penonton Asia Tenggara dan menjadi gerbang awal mengenal dunia ninja dari perspektif humoris.
7. Siapa Takut Jatuh Cinta (Indonesia)
Berbeda dengan film-film sebelumnya, sinetron ini tidak pernah mengklaim sebagai adaptasi dari "Hana Yori Dango", manga shoujo legendaris Jepang. Namun, kesamaan alur cerita dengan "Meteor Garden" yang memang adaptasi resmi dari manga tersebut membuat banyak pihak yakin bahwa ini adalah versi lokal tanpa lisensi.
Meski begitu, sinetron ini sangat sukses dan memperkenalkan sejumlah aktor dan aktris muda ke panggung hiburan nasional. Ceritanya tentang gadis miskin yang kuliah di kampus elit dan terlibat konflik dengan geng cowok kaya menjadi formula yang terbukti digemari penonton.
Adaptasi tidak resmi dari anime dan manga menunjukkan bagaimana karya Jepang bisa memengaruhi budaya populer di seluruh dunia, bahkan tanpa jalur distribusi resmi. Meskipun sebagian besar film ini dibuat dengan anggaran terbatas dan kualitas teknis seadanya, mereka tetap mencerminkan semangat kreatif dan keberanian untuk mengeksplorasi cerita dengan cara baru.
Tags
Lifestyle