Kisah Tragis Evercoss: Dulu Raja Ponsel Lokal, Kini Nyaris Terlupakan


RafaleaMedia.Com - Di tengah hingar-bingar dominasi merek asing di pasar smartphone Indonesia, ada satu nama yang dulu sempat berdiri tegak dan bersaing di barisan depan: Evercoss. 

Siapa yang tak mengenal merek ini di awal dekade 2010-an? Dengan produk yang terjangkau dan promosi agresif hingga pelosok negeri, Evercoss sempat menjadi pilihan utama masyarakat yang ingin merasakan teknologi tanpa harus menguras kantong. 

Namun seperti cerita bisnis lainnya, kejayaan Evercoss ternyata tak bertahan lama. Persaingan yang kian sengit, lemahnya inovasi, serta hantaman regulasi membuat nama Evercoss perlahan menghilang dari radar publik. 

Artikel ini akan mengupas perjalanan lengkap Evercoss, dari masa kejayaan hingga titik nadirnya, dan melihat apakah masih ada asa di balik reruntuhan kejayaan merek lokal satu ini.

Dari Cross ke Evercoss: Awal Mula yang Menjanjikan

Kisah Evercoss dimulai dari merek bernama Cross Mobile, yang muncul sekitar tahun 2008. Saat itu, industri ponsel Indonesia masih didominasi oleh raksasa global seperti Nokia, BlackBerry, dan Samsung. Namun, Cross datang dengan pendekatan berbeda: menyasar kalangan menengah ke bawah dengan ponsel berharga terjangkau namun cukup fungsional.

Produk-produk seperti Cross CB Series dan Cross A Series mendapat sambutan positif, terutama karena distribusinya yang masif bahkan hingga ke daerah-daerah terpencil. Strategi tersebut membawa Cross cepat dikenal masyarakat luas.

Namun, pada tahun 2013, Cross memutuskan untuk melakukan rebranding besar-besaran. Nama Evercoss dipilih sebagai identitas baru yang dianggap lebih modern dan menjanjikan untuk ekspansi global, terutama ke pasar Asia Tenggara dan Afrika. Nama "Cross" dinilai terlalu generik dan berisiko dalam pasar internasional. Transformasi ini tidak hanya soal nama, tetapi juga menjadi simbol ambisi yang lebih besar.

Mencapai Puncak: Kejayaan yang Singkat tapi Menggigit

Rebranding menjadi Evercoss ternyata membawa hasil manis. Di era booming smartphone sekitar 2013–2016, Evercoss tampil sebagai alternatif kuat bagi masyarakat yang belum mampu membeli ponsel Android dari brand besar. Mereka memperkenalkan berbagai lini seperti Winner Series, Elevate Series, dan Evercoss A Series yang dibanderol murah namun tampil dengan fitur kompetitif.

Salah satu momen penting adalah pembangunan pabrik perakitan di Semarang pada tahun 2014. Investasi sebesar Rp1 triliun digelontorkan untuk mendukung regulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan memberi kendali penuh pada proses produksi. Ini menjadikan Evercoss salah satu dari sedikit merek lokal yang benar-benar memiliki lini produksi sendiri di dalam negeri.

Puncaknya, Evercoss sempat masuk dalam lima besar merek ponsel terlaris di Indonesia. Produk Evercoss One X, yang merupakan bagian dari program Android One dari Google, diluncurkan pada 2015 dan mendapat sambutan hangat. Dukungan promosi dari selebriti lokal serta kampanye iklan gencar membuat Evercoss kian populer di kalangan anak muda dan keluarga.

Titik Balik: Ketika Raksasa Tiongkok Mulai Menyerbu

Namun kejayaan itu tidak berlangsung lama. Memasuki 2017, pasar Indonesia mulai dibanjiri merek Tiongkok seperti Oppo, Vivo, Xiaomi, dan Realme. Brand-brand ini datang dengan kekuatan finansial besar, desain lebih modern, kamera canggih, dan teknologi mutakhir yang sulit ditandingi oleh produsen lokal.

Evercoss yang lambat dalam inovasi mulai tertinggal. Mereka kesulitan menghadirkan fitur-fitur baru seperti fingerprint sensor, layar full display, dan kamera AI yang sedang tren. Di saat konsumen mulai mencari kualitas, bukan sekadar harga murah, Evercoss tampak kesulitan mengikuti perubahan tersebut.

Puncaknya terjadi pada tahun 2020, ketika pemerintah menerapkan kebijakan ketat soal pendaftaran IMEI untuk semua ponsel. Evercoss mengalami kendala dalam proses ini, sehingga mereka terpaksa menghentikan produksi untuk sementara waktu. Ratusan karyawan dirumahkan, dan stok menumpuk di gudang. Pandemi Covid-19 yang terjadi bersamaan semakin memperparah keadaan. Krisis global membuat rantai pasokan terganggu, sementara daya beli masyarakat juga menurun drastis.

Memudar dari Peta Persaingan: Apa Kabar Evercoss Kini?

Sejak kemunduran tersebut, Evercoss mulai bergeser dari produksi ponsel ke produk-produk elektronik lainnya. Mereka merambah pasar laptop, set top box TV digital, hingga adaptor. Di marketplace, nama Evercoss memang masih bisa ditemukan, namun sudah sangat jarang terdengar gaungnya di media maupun komunitas teknologi.

Peluncuran smartphone terakhir mereka, Evercoss Luna V6, dilakukan pada 2023. Namun, perangkat ini pun nyaris tak terdengar gaungnya di tengah persaingan ketat yang dikuasai oleh merek luar. Sejak saat itu, belum ada lagi gebrakan besar dari perusahaan yang dulunya pernah menguasai pasar ponsel lokal ini.


Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak